18 Oktober 2009

Paradigma Baru Manajemen Pendidikan

Paradigma atau pandangan umum tentang pendidikan di masa lalu, kini dan yang akan datang merupakan sesuatu yang sangat dinamis. Oleh karena itu kita harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman yang terjadi agar terjadi relevansi dalam berpikir, merencanakan dan mengelola pendidikan, khususnya di Indonesia. Sehingga pada akhirnya, pendidikan dapat melahirkan orang-orang yang berkualitas dan berdaya saing.


Sebuah paradigma erat dikaitkan dengan trend atau hal yang populer menyebar dan menjadi bagian dari hidup masyarakat kebanyakan. Trend masa lalu yang beranggapan bahwa pendidikan hanya seputar IQ, kecerdasan akademis, logika, dimana yang mendapat peringkat satu di kelas adalah anak yang cerdas dan akan menuai kesuksesan, sementara yang berada di peringkat bawah adalah anak bodoh dan calon gagal. Sehingga pendidikan dikelola sedemikian rupa agar peserta didik mampu mencapai nilai tinggi di kelas. Pendidikan pun seolah hanya persaingan di kelas saja atau mungkin hanya sampai level sekolah. Terkait materi pelajaran pun, peserta didik seperti dituntut untuk menguasai seluruh mata pelajaran dengan baik. Sebuah paradigma yang masih sangat kaku.


Sementara paradigma baru tentang pendidikan beranggapan bahwa kecerdasan sangat banyak jenisnya. Tidak hanya IQ, namun ada kecerdasan numerik, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan linguinis, kecerdasan emosional dan spiritual, dll. Sehingga tidak lagi ada anggapan bahwa peserta didik yang tidak menonjol dalam akademis adalah anak bodoh dan calon gagal, tapi bagaimana para pendidik berusaha menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki anak tersebut. Ada sebuah keyakinan bahwa: "anak ini pasti memiliki sebuah spesialisasi kecerdasan tertentu". Mulailah bermunculan kegiatan ekstrakurikuler sebagai salah satu bagian dari proses pengelolaan pendidikan dalam upaya mengembangkan potensi, minat dan bakat peserta didik yang berbeda-beda. Pengelolaan pendidikan pun berorientasikan hasil, yakni keahlian atau spesialisasi. Persaingan pun sudah mulai dipahami sebagai persaingan yang global dimana peserta didik menganggap bahwa peserta didik di luar sekolah dan daerahnya juga merupakan kompetitor/rival mereka, bahkan pada tingkat yang lebih tinggi lagi, persaingan internasional. Dalam pandangan ini pendidikan tidak hanya mengajarkan persaingan, tetapi juga sportifitas dan kejujuran.


Transparansi dalam hal pengelolaan pendidikan seakan sudah menjadi keharusan. Pengelolaan yang sebelumnya tertutup, kini akan menuai banyak kritikan dan tuntutan dari masyarakat yang sudah semakin cerdas dan kritis. Dibutuhkan pengelolaan yang terbuka dimana setiap orang yang terlibat di dalamnya dapat mengetahui bagaimana pendidikan itu sebenarnya.


Sejanjutnya adalah keahlian atau spesialisasi. Pendidikan sudah mulai memikirkan bagaimana menghasilkan tenaga-tenaga ahli untuk menyelesaikan tantangan masa depan yang amat kompleks. Karena spesialisasi merupakan harga yang sangat mahal melihat tidak semua orang memiliki itu.


Paradigma baru manajemen pendidikan selalu menilai segala sesuatu secara profesional. profesionalitas seseorang tidak kalah pentingnya dengan spesialisasi. Karena dari pekerjaan yang dilakukan dengan profesional, orang-orang akan paham bahwa kita adalah orang yang tepat, itu pun memiliki value yang sangat besar. Bagaimana seseorang memiliki tanggung jawab dan amanah yang besar untuk melakukan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya, ikhlas, sabar dan senantiasa melakukan peningkatan kualitas.


Pendidikan tidaklah kaku, melainkan dinamis. Di mana dalam melaksanakannya sangat banyak aspek yang mempengaruhinya, perkembangannya pun tidak tetap. Tidak semua daerah memiliki input, lingkungan, dan fasilitas yang sama sehingga memerlukan inovasi-inovasi dan penyesuaian dalam mengelolanya. Sebagai manajer pendidikan haruslah berani berinvestasi dalam pendidikan baik dalam hal materi maupun pemikiran. Inovasi sangat dibutuhkan walaupun terkadang harus menyelisihi aturan yang sudah ada. Dalam mengelola pendidikan haruslah berani berkreasi, melakukan percobaan dan penelitian perihal pola pendidikan yang tepat untuk diterapkan, dan terkadang dalam prosesnya akan membuat kesalahan-kesalahan. Pendidikan harus senantiasa berkembang mengikuti perkembangan zaman, dengan penuh optimisme dan kepercayaan diri yang tinggi menyambut segala resiko yang akan dihadapi.


Di tengah-tengah zaman dimana batasan-batasan negara tak lebih dari hanya sekedar pembatas secara geografis, lingkungan menjadi sangat global. Di samping itu terkadang kita dihadapkan dengan sebuah pola kehidupan yang masih konvensional dan kental dengan originalitas budaya yang menyebabkannya tidak tersentuh oleh globalisasi. Oleh karenanya, kita dituntut untuk dapat beradaptasi di segala situasi dan kondisi agar kita mampu bertahan hidup dan diterima oleh banyak orang.


Sekurang-kurangnya terdapat tiga buah tuntutan SDM masa depan: (1) Pengetahuan/wawasan global, (2) Keterampilan global, (3) Sikap/perilaku. Pengetahuan/wawasan global menuntut kita untuk berorientasi pada solusi, inovasi dan kreatifitas. Keterampilan global menuntut kita untuk dapat berkomunikasi dengan baik di literatur budaya yang berbeda, mampu menguasai teknologi, dan mampu mengendalikan emosi dengan baik. Tuntutan sikap/perilaku diantaranya dinamis, fleksibel, inisiatif, proaktif, inovatif dan mandiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar