18 Oktober 2009

Paradigma Baru Manajemen Pendidikan

Paradigma atau pandangan umum tentang pendidikan di masa lalu, kini dan yang akan datang merupakan sesuatu yang sangat dinamis. Oleh karena itu kita harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman yang terjadi agar terjadi relevansi dalam berpikir, merencanakan dan mengelola pendidikan, khususnya di Indonesia. Sehingga pada akhirnya, pendidikan dapat melahirkan orang-orang yang berkualitas dan berdaya saing.


Sebuah paradigma erat dikaitkan dengan trend atau hal yang populer menyebar dan menjadi bagian dari hidup masyarakat kebanyakan. Trend masa lalu yang beranggapan bahwa pendidikan hanya seputar IQ, kecerdasan akademis, logika, dimana yang mendapat peringkat satu di kelas adalah anak yang cerdas dan akan menuai kesuksesan, sementara yang berada di peringkat bawah adalah anak bodoh dan calon gagal. Sehingga pendidikan dikelola sedemikian rupa agar peserta didik mampu mencapai nilai tinggi di kelas. Pendidikan pun seolah hanya persaingan di kelas saja atau mungkin hanya sampai level sekolah. Terkait materi pelajaran pun, peserta didik seperti dituntut untuk menguasai seluruh mata pelajaran dengan baik. Sebuah paradigma yang masih sangat kaku.


Sementara paradigma baru tentang pendidikan beranggapan bahwa kecerdasan sangat banyak jenisnya. Tidak hanya IQ, namun ada kecerdasan numerik, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan linguinis, kecerdasan emosional dan spiritual, dll. Sehingga tidak lagi ada anggapan bahwa peserta didik yang tidak menonjol dalam akademis adalah anak bodoh dan calon gagal, tapi bagaimana para pendidik berusaha menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki anak tersebut. Ada sebuah keyakinan bahwa: "anak ini pasti memiliki sebuah spesialisasi kecerdasan tertentu". Mulailah bermunculan kegiatan ekstrakurikuler sebagai salah satu bagian dari proses pengelolaan pendidikan dalam upaya mengembangkan potensi, minat dan bakat peserta didik yang berbeda-beda. Pengelolaan pendidikan pun berorientasikan hasil, yakni keahlian atau spesialisasi. Persaingan pun sudah mulai dipahami sebagai persaingan yang global dimana peserta didik menganggap bahwa peserta didik di luar sekolah dan daerahnya juga merupakan kompetitor/rival mereka, bahkan pada tingkat yang lebih tinggi lagi, persaingan internasional. Dalam pandangan ini pendidikan tidak hanya mengajarkan persaingan, tetapi juga sportifitas dan kejujuran.


Transparansi dalam hal pengelolaan pendidikan seakan sudah menjadi keharusan. Pengelolaan yang sebelumnya tertutup, kini akan menuai banyak kritikan dan tuntutan dari masyarakat yang sudah semakin cerdas dan kritis. Dibutuhkan pengelolaan yang terbuka dimana setiap orang yang terlibat di dalamnya dapat mengetahui bagaimana pendidikan itu sebenarnya.


Sejanjutnya adalah keahlian atau spesialisasi. Pendidikan sudah mulai memikirkan bagaimana menghasilkan tenaga-tenaga ahli untuk menyelesaikan tantangan masa depan yang amat kompleks. Karena spesialisasi merupakan harga yang sangat mahal melihat tidak semua orang memiliki itu.


Paradigma baru manajemen pendidikan selalu menilai segala sesuatu secara profesional. profesionalitas seseorang tidak kalah pentingnya dengan spesialisasi. Karena dari pekerjaan yang dilakukan dengan profesional, orang-orang akan paham bahwa kita adalah orang yang tepat, itu pun memiliki value yang sangat besar. Bagaimana seseorang memiliki tanggung jawab dan amanah yang besar untuk melakukan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya, ikhlas, sabar dan senantiasa melakukan peningkatan kualitas.


Pendidikan tidaklah kaku, melainkan dinamis. Di mana dalam melaksanakannya sangat banyak aspek yang mempengaruhinya, perkembangannya pun tidak tetap. Tidak semua daerah memiliki input, lingkungan, dan fasilitas yang sama sehingga memerlukan inovasi-inovasi dan penyesuaian dalam mengelolanya. Sebagai manajer pendidikan haruslah berani berinvestasi dalam pendidikan baik dalam hal materi maupun pemikiran. Inovasi sangat dibutuhkan walaupun terkadang harus menyelisihi aturan yang sudah ada. Dalam mengelola pendidikan haruslah berani berkreasi, melakukan percobaan dan penelitian perihal pola pendidikan yang tepat untuk diterapkan, dan terkadang dalam prosesnya akan membuat kesalahan-kesalahan. Pendidikan harus senantiasa berkembang mengikuti perkembangan zaman, dengan penuh optimisme dan kepercayaan diri yang tinggi menyambut segala resiko yang akan dihadapi.


Di tengah-tengah zaman dimana batasan-batasan negara tak lebih dari hanya sekedar pembatas secara geografis, lingkungan menjadi sangat global. Di samping itu terkadang kita dihadapkan dengan sebuah pola kehidupan yang masih konvensional dan kental dengan originalitas budaya yang menyebabkannya tidak tersentuh oleh globalisasi. Oleh karenanya, kita dituntut untuk dapat beradaptasi di segala situasi dan kondisi agar kita mampu bertahan hidup dan diterima oleh banyak orang.


Sekurang-kurangnya terdapat tiga buah tuntutan SDM masa depan: (1) Pengetahuan/wawasan global, (2) Keterampilan global, (3) Sikap/perilaku. Pengetahuan/wawasan global menuntut kita untuk berorientasi pada solusi, inovasi dan kreatifitas. Keterampilan global menuntut kita untuk dapat berkomunikasi dengan baik di literatur budaya yang berbeda, mampu menguasai teknologi, dan mampu mengendalikan emosi dengan baik. Tuntutan sikap/perilaku diantaranya dinamis, fleksibel, inisiatif, proaktif, inovatif dan mandiri.

Konsep Dasar Manajemen Peserta Didik

Manajemen Peserta Didik merupakan gabungan dari dua makna. Makna yang pertama adalah manajemen yang berarti segenap proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian dan pengawasan segala upaya pemberdayaan sumberdaya yang ada untuk mencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Makna yang kedua adalah peserta didik, yang berarti anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri dan potensi melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur (formal, nonformal, informal), jenjang (dasar, menengah, tinggi) dan jenis pendidikan (umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, khusus) tertentu.

Tiga jalur dalam pendidikan saling melengkapi dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan. Jalur formal dalam pendidikan biasa dikenal sebagai pendidikan sekolah. Jalur formal memiliki jenjang pendidikan yang jelas, diantaranya: pendidikan dasar (SD/MI), menengah (SMP/MTs dan SMA/SMK/SMEA/MA), dan tinggi. Sedangkan jalur pendidikan non formal merupakan jalur pendidikan yang tetap jelas jenjangnya namun sifatnya tidak terlalu mengikat dan formal layaknya pendidikan persekolahan, misalkan bimbingan belajar atau kursus. Jalur informal, pendidikan yang dilakukan di dalam keluarga, merupakan aspek yang dianggap penting dalam pembekalan awal peserta didik dalam menempuh proses pendidikan di dua jalur lainnya.

Sekurang-kurangnya Manajemen Peserta Didik memiliki dua fungsi utama sebagaimana fungsi manajemen pada umumnya. Fungsi pertama adalah fungsi manajerial yang terdiri dari Planning, Organizing, Actuating, dan Controling atau biasa disingkat dengan POAC. Fungsi manajerial ini merupakan fungsi pokok dalam manajemen. Artinya fungsi manajerial (POAC) diterapkan dalam berbagai aspek yang dikerjakan dalam pengelolaan peserta didik. Fungsi ini dikomandoi oleh seorang manajer atau pimpinan baik pada suatu organisasi maupun pada bagian/divisi dari organisasi itu sendiri. Fungsi yang kedua adalah fungsi operasional, diantaranya: rekruitmen, seleksi, penempatan, orientasi, pengembangan, BK, layanan tambahan, pemberhentian, sistem informasi kesiswaan. Dapat dipahami bahwa fungsi operasional merupakan pelaksanaan tiap tahap/variabel dan bagian dalam upaya pencapaian tujuan manajemen.

Fungsi manajerial yang pertama adalah perencanaan. Dalam perencanaan manajemen harus menetapkan hal utama yaitu tujuan dan arah. Setelah menentukan tujuan dan arah: “kemana peserta didik akan dibawa”, barulah membuat keputusan perihal alternatif apa yang akan diambil mengingat sangat banyak cara dan pilihan untuk mencapai tujuan. Beberapa hal yang ditentukan dalam tahap perencanaan diantaranya: strategi, kebijakan, program, prosedur, metode, sistem, anggaran, standar yang dibutuhkan. Bagaimana strategi untuk mencapai tujuan, kebijakan apa yang ditempuh, program seperti apa yang akan dilaksanakan, apa saja tahapan-tahapan yang mesti dilalui, metode seperti apa yang digunakan, berapa perhitungan biayanya, serta menetapkan standard seperti apa yang dianggap sebagai sebuah keberhasilan pencapaian tujuan manajemen.

Setelah perencanaan selesai, dilanjutkan dengan pengorganisasian. Bagaimana seorang manajer dan jajarannya dapat menetapkan sumberdaya apa yang akan digunakan, membentuk sebuah tim kerja yang solid dengan pembagian tugas (job description) yang jelas, serta pengaturan alur kerja yang jelas dan rapih sehingga nanti tidak ada overlapping dalam pelaksanaanya.

Setelah rancangan perencanaan dan pengorganisasian telah rampung, dilakukanlah pengarahan terhadap jajaran dan anggota organisasi tentang apa dan bagaimana masing-masing pekerjaan dilakukan. Dalam fungsi pengarahan ini seorang manajer harus mampu membuat orang mau bekerja dan dapat mengkomunikasikan arahan-arahannya dengan baik kepada jajarannya agar mudah ditangkap dan dicerna. Artinya ia harus memiliki kecakapan dalam hal komunikasi interpersonal. Tak lupa motivasi juga harus diberikan kepada jajarannya serta yang terakhir adalah bagaimana ia mampu menanamkan kedisiplinan dalam bekerja.

Bersamaan dengan dijalankannya pekerjaan setelah perencanaan, pengorganisasian, dan pengarahan dilakukan, diperlukan pengawasan terhadap kinerja organisasi (controlling). Dala, fungsi pengawasan ini, pekerjaan diawasi, apakah sesuai dengan rencana, apakah tujuan tercapai, apakah terjadi penyimpangan, dll. Sehingga kualitas kinerja dapat dihasilkan secara maksimal.

Hal-hal yang sekiranya akan dikelola dengan fungsi POAC ini diantaranya adalah rekrutmen. Bagaimana agar masyarakat tertarik untuk mendaftar di lembaga pendidikan yang kita kelola. Publikasi, iklan, sosialisasi, dll. Selanjutnya seleksi. Dalam seleksi peserta didik, harus ditetapkan siapa sasarannya, bagaimana proses seleksinya, apa standard input-dalam hal ini peserta didik-yang diinginkan, dll. Setelah murid yang diinginkan sudah terseleksi sesuai standard, tidak berhenti di situ, tapi peserta didik ditempatkan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu, semisal pembagian kelas berdasar tingkat pemahaman, manajemen kelas, penjurusan, dll. Langkah selanjutnya orientasi. Peserta didik diperkenalkan dengan lingkungan belajarnya. Mulai dari kepala sekolah, guru, karyawan, teman-teman, fasilitas-fasilitas sekolah, hingga tata tertib. Kita juga harus memikirkan bagaimana pengembangan potensi peserta didik dilakukan, semisal ekstrakurikuler yang merupakan pengembangan minat dan bakat atau OSIS yang melatih kecakapan peserta didik dalam berorganisasi. Konseling sangat diperlukan karena pasti akan ada konflik yang terjadi pada peserta didik baik dengan diri sendiri, teman sebayanya, guru atau bahkan orangtuanya. Fasilitas dan layanan untuk pesera didik juga perlu diperhatikan, seperti beasiswa, tempat ibadah, UKS, kantin, lapangan olah raga, dll. Manajemen juga harus siap dalam menghadapi keadaan ketika peserta didik mengajukan atau diharuskan untuk sign out yang bisa terjadi lantaran drop out, pindah, maupun lulus. Hal yang terakhir adalah sekiranya dalam pengelolaan peserta didik, semua didukung dan disesuaikan dengan perkembangan teknologi yang ada. Semua harus teratur dalam sebuah sistem informasi yang jelas. Sehingga arsip-arsip tentang peserta didik dan pengelolaannya dapat tertata dengan rapih dan aman.

Psikologi Perkembangan

Terdapat perbedaan yang mendasar antara pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan bersifat kuantitatif (fisik/biologis), sedangkan perkembangan bersifat kualitatif (psiko/mental/rohani). Setiap manusia mengalami keduanya. Mereka tumbuh dari mulai bayi, anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia. Semua orang relatif sama dalam hal pertumbuhan, namun tidak halnya pada perkembangan. Perkembangan sulit diukur. Tidak ada ukuran pasti tentang perkembangan. Seseorang yang sudah memasuki umur dewasa terkadang masih bermental anak-anak dan seseorang yang baru memasuki umur remaja terkadang sudah sangat dewasa dalam berpikir dan bersikap.

Perihal Pertumbuhan dan Perkembangan ini sangat penting karena pendidik harus mampu menganalisa dan memahami setiap tahap pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, karena itu akan sangat mempengaruhi treatment yang akan di berikan. Hal ini akan berpengaruh pula pada materi, pendekatan, media, metode, dan teknik belajar yang digunakan.

Pertumbuhan dan perkembangan memiliki kebutuhan primer dan sekunder dalam tiap tahapnya. Kebutuhan primer adalah kebutuhan utama yang dibutuhkan seseorang pada tahapan pertumbuhan dan perkembangan tertentu. Sementara kebutuhan sekunder merupakan kebutuhan tambahan atau pendukung dari kebutuhan pokok.

Kebutuhan primer manusia saat bayi lebih kepada alat-alat geraknya/kinestetik. Karena tubuh dan organ-organnya belum sempurna betul. Sehingga pendidikan yang diterapkan dibarengi dengan gerakan-gerakan aktif yang menyenangkan. Semakin dewasa, kebutuhan seorang manusia lebih kepada kebutuhan psikologi dan mental, bukan lagi kinestetik, oleh karena itu pada pola pendidikannya orang-orang yang sudah mulai dewasa lebih dihadapkan dengan tulisan-tulisan ketimbang gambar-gambar, wacana-wacana studi kasus ketimbang ceramah satu arah. Upaya pencarian jati diri sangat keras dilakukan oleh orang yang mulai beranjak ke dewasa awal. Obsesi untuk mengatakan kepada dunia siapa dirinya sangatlah besar.

Terdapat perbedaan yang jelas antara kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan merupakan sesuatu yang wajib dipenuhi. Ada resiko yang setimpal jika kewajiban/tuntutan itu tidak dipenuhi. Sehingga dalam upaya pemenuhannya, seseorang akan berusaha dengan amat keras dan seseorang bisa lebih memaknainya jika kebutuhan itu tercukupi. Sedangkan keingingan merupakan sesuatu yang amat sangat diharapkan oleh seseorang, walau seringkali sebenarnya ia tidak butuh hal tersebut.

Aliran-aliran dalam psikoper

Teori Gestaalt mengatakan bahwa perkembangan itu adalah proses diferensiasi, yang penting itu adalah keseluruhan. Keseluruhan ada terlebih dahulu baru disusul bagian-bagian. manusia sudah dilihat secara keseluruhan dari awal. Jadi yang disebut sebagai manusia adalah manusia yang utuh. Manusia yang tidak utuh bukanlah manusia.


Teori Sosiologi menyatakan bahwa perkembangan merupakan proses sosialisasi. Anak manusia mula-mula bersifat asosial (pra-sosial) lalu sedikit demi sedikit di sosialisasikan. Jadi yang disebut manusia adalah manusia yang bersosialisasi dengan manusia lainnya. Dalam hal ini berarti tarzan bukanlah manusia, karena ia tidak bersosialisasi dengan manusia lain.

Perkembangan Intelektual Remaja

Deduktif Hipotesis

  • Mengawali pemikiran bersifat teoritis
  • Menganalisis masalah
  • Mengajukan cara penyelesaian masalah
  • Mengajukan pendapat/prediksi/proporsi
  • Mencari hubungan antara proporsi

Berpikir operasional dan kombinasoris, berarti melakukan pengujian hipotesis dan berpikir ilmiah dan sistematis.



Memahami perkembangan diatas sangat penting untuk menentukan cara mendidik. Implikasinya pada pendidikan:

  1. Memberi kesempatan untuk diskusi, memberikan tugas penulisan makalah.
  2. Mengamati kecenderungan siswa untuk partisipasi.
  3. Jangan batasi pengetahuan mereka dan kecakapan untuk memanfaatkan apa-apa yang diketahui.
  4. Kadang kesulitan menangkap konsep-konsep yang sifatnya abstrak.
  5. Diskusi dapat membantu meningkatkan pemahaman.
  6. Guru perlu menjelaskan konsep yang abstrak secara simpatik (mencoba memahami karakter tiap orang, dan melakukan pendekatan yang tepat).
  7. Beri peluang untuk melakukan penjelajahan (ada pengarahan terlebih dahulu dari pendidik).
  8. Berikan tugas menantang, problem-based learning (sebelumnya pendidik harus bisa memprediksi bahwa peserta didik mampu mengerjakan tugas itu).
  9. Diusahakan munculnya minat jangka panjang yang relevan dengan kehidupan masa depan dan ada implikasinya pada pekerjaan.
  10. Materi pelajaran mengandung nilai-nilai intrinsik yang bermakna bagi kehidupan.
  11. Pembelajaran hendaknya melibatkan siswa secara aktif.
  12. Berikan peluang berekpresi dan berkarya pada peserta didik.
  13. Metode pembelajaran-ketrampilan proses, inquiri/penemuan.

Perencanaan Peserta Didik

Berbicara tentang perencanaan, berarti membicarakan waktu yang akan datang. Kita harus menentukan tujuan dan harapan tentang kejadian yang akan terjadi di masa yang akan datang. Perencanaan berarti memilih. Memilih satu yang terbaik dari sekian banyak alternative yang ada. Perencanaan berarti sistematis atau menggunakan langkah-langkah dan prinsip-prinsip yang sesuai. Kita melakukan perencanaan pasti untuk mencapai suatu tujuan tertentu secara efektif dan efisien.

Dalam perencanaan, kita menentukan tindakan apa yang akan diambil, strategi dan metode apa yang akan digunakan, seperti apa mekanisme pelaksanaannya, prakiraan biaya, serta penggunaan waktu, untuk mengelola peserta didik yang di dasarkan atas data dengan memperhatikan prioritas yang wajar, bersifat efisien untuk tercapai tujuan pendidikan.

Budgeting di lakukan karena memang dalam pengelolaan pendidikan, khususnya peserta didik memerlukan biaya dan biaya itu harus direncanakan agar efektif dan efisien. Bagaimana kita merencanakan pendidikan dengan biaya yang seefisien mungkin, namun berkualitas dan memiliki efektifitas tinggi dalam mencetak lulusan-lulusan yang kompeten. Dalam perencanaan juga harus memperhitungkan masalah waktu, perihal kapan akan dilaksanakan perencanaan tersebut. Jangan sampai rekruitmen sebagai tahap awal pengelolaan peserta didik menjadi gagal total hanya karena salah menempatkan waktu pendaftaran.

Alasan mengapa kita perlu melakukan perencanaan adalah karena kita harus memilih. Setelah tujuan pengelolaan peserta didik ditetapkan, masalah selanjutnya adalah apa yang akan dilakukan untuk mewujudkan tujuan tersebut? Kapan harus dikerjakan? Siapa yang mengerjakan? Di mana kita mengerjakannya? Bagaimana melakukannya? Perencanaan menjawab itu semua. Perenacanaan menetukan apa yang dapat dikerjakan atau apa yang mesti kita lakukan. Perencanaan menentukan kapan pekerjaan kita bisa dikerjakan. Perencanaan menentukan bagaimana cara mengerjakannya. perencanaan menentukan siapa yang mengerjakan. Perencanaan memperhitungkan berapa biaya yang dibutuhkan. Dan perencanaan menentukan dimana pekerjaan itu akan dilakukan.

Dalam merencanakan pengelolaan peserta didik, kita harus memperhatikan faktor dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal).

Internal Resource analysis

  • Financial. Apakah modal sudah ada? Apakah ketersediaan modal sudah sesuai dan realistis dengan perencanaan dan goal yang ingin dicapai?
  • Human Resource Assesment. Bagaimana kita menilai SDM yang telah kita miliki, apakah mereka sudah cukup capable untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan tsb.
  • Marketing Audit. Melakukan checking terhadap keuangan dan efektifitas melalui cash flow.
  • Operation analysis. Menganalisis kegiatan operasional mulai dari penerimaan, seleksi, penempatan, orientasi, pembelajaran, pengembangan, hingga pembiayaan.
  • Other internal resource or research & deveploment.


Faktor Eksternal

  • Industry dan Market. Harus memahami psikologi pasar dan industri. Lihat pendidikan macam apa yang masyarakat butuhkan.
  • Competitor/Pesaing. Dengan memperhatikan pesaing-pesaing kita, kita dapat menentukan kebijakan yang inovatif dan berbeda untuk lebih mendapatkan perhatian dari masyarakat tanpa mengurangi kualitas pelayanan pendidikan, tentunya.
  • Political dan Regulatory/kebijakan. Dalam mengelola pendidikan kita mesti berkiblat pada peraturan dan perungang-undangan yang ada agar dalam pelaksanaannya nanti tidak berselisih dengan hukum.
  • Social. Kita harus melihat bagaimana kondisi dan lingkungan sosial yang ada dalam pengambilan kebijakan.
  • Human Resource. Kita juga harus pertimbangkan bagaimana caranya mendapatkan sumber daya manusia yang kompeten dan profesional untuk mendukung keberhasilan pengelolaan pendidikan.
  • Macro economic. Kita harus mengetahui sekmen apa yang menjadi sasaran pembuatan sekolah nanti. Kita harus melihat dari sisi ekonomi. Bagaimana tingkat ekonomi masyarakat? Selanjutnya, bagaimana menciptakan pendidikan yang terjangkau oleh masyarakat?
  • Technological. Pengelolaan mesti mengikuti perkembangan zaman yang ada, terutama dalam hal teknologi agar dapat memudahkan kita dalam mengelola peserta didik.

Muatan dalam Perencanaan Pendidikan diantaranya: strategi, kebijakan, program, prosedur, metode, sistem, anggaran, standar yang dibutuhkan. Bagaimana strategi untuk mencapai tujuan, kebijakan apa yang ditempuh, program seperti apa yang akan dilaksanakan, apa saja tahapan-tahapan yang mesti dilalui, metode seperti apa yang digunakan, berapa perhitungan biayanya, serta menetapkan standard seperti apa yang dianggap sebagai sebuah keberhasilan pencapaian tujuan manajemen.

Sedangkan materi-materi yang ada dalam perencanaan diantaranya rekruitmen. Bagaimana agar masyarakat tertarik untuk mendaftar di lembaga pendidikan yang kita kelola. Publikasi, iklan, sosialisasi, dll. Selanjutnya seleksi. Dalam seleksi peserta didik, harus ditetapkan siapa sasarannya, bagaimana proses seleksinya, apa standard input-dalam hal ini peserta didik-yang diinginkan, dll. Setelah murid yang diinginkan sudah terseleksi sesuai standard, tidak berhenti di situ, tapi peserta didik ditempatkan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu, semisal pembagian kelas berdasar tingkat pemahaman, manajemen kelas, penjurusan, dll. Langkah selanjutnya orientasi. Peserta didik diperkenalkan dengan lingkungan belajarnya. Mulai dari kepala sekolah, guru, karyawan, teman-teman, fasilitas-fasilitas sekolah, hingga tata tertib. Kita juga harus memikirkan bagaimana pengembangan potensi peserta didik dilakukan, semisal ekstrakulikuler yang merupakan pengembangan minat dan bakat atau OSIS yang melatih kecakapan peserta didik dalam berorganisasi. Konseling sangat diperlukan karena pasti akan ada konflik yang terjadi pada peserta didik baik dengan diri sendiri, teman sebayanya, guru atau bahkan orangtuanya. Fasilitas dan layanan untuk pesera didik juga perlu diperhatikan, seperti beasiswa, tempat ibadah, UKS, kantin, lapangan olah raga, dll. Manajemen juga harus siap dalam menghadapi keadaan ketika peserta didik mengajukan atau diharuskan untuk sign out yang bisa terjadi lantaran drop out, pindah, maupun lulus. Hal yang terakhir adalah sekiranya dalam pengelolaan peserta didik, semua didukung dan disesuaikan dengan perkembangan teknologi yang ada. Semua harus teratur dalam sebuah sistem informasi yang jelas. Sehingga arsip-arsip tentang peserta didik dan pengelolaannya dapat tertata dengan rapih dan aman.