06 Januari 2010

Strategi Belajar

Keselurauhan kehidupan manusia adalah belajar. Dari kecil hingga besar kita terus belajar. Belajar tidak ada akhirnya. Dengan belajar, seluruh aspek hidup kita dapat menjadi lebih baik dan diharapkan adanya perbaikan kualitas hidup. Dengan belajar kita pun dapat bermanfaat untuk orang lain dengan ilmu yang kita proleh. Belajar dapat dilakukan dimana saja, kapan saja, dan kepada siapa saja. Bahkan ketika kita naik bus umum, entah bagaimana kita tahu kaki kiri lah yang harus turun terlebih dahulu, itupun sebuah pembelajaran. Agama pun mewajibkan penganutnya untuk terus belajar, dari lahir, hingga ke liang lahat.

Belajar merupakan sebuah proses yang dilakukan secara sengaja dan terencana dengan tujuan penambahan pengetahuan, dari yang tidak tahu menjadi tahu, di dalamnya terdapat interaksi antara pengajar, peserta didik dan lingkungan sekitar. Pembelajaran yang baik menyesuaikan dengan kondisi siswa, lingkungan, dan fasilitas yang ada, biasa disebut dengan pembelajaran kontekstual. Pengajar haruslah seorang guru yang professional baik secara akademik, maupun secara sikap dan kemampuan komunikasinya.

Dalam perkembangannya, pembelajaran mengalami perubahan dari teacher centered menuju student centered. Dari sebuah sistem pembelajaran yang seutuhnya dikendalikan oleh guru, dan siswa berperan sebagai pendengar yang baik menuju sebuah pemusatan kepada siswa, yang focus pada keikutsertaan siswa secara aktif dalam proses pembelajara. Dari teori belajar behavioristik menuju teori belajar konstruksivistik. Dalam behavioristik terdapat aktivitas penambahan pengetahuan yang bersifat objektif dan pasti, pengetahuannya tersetruktur dengan rapih dan seragam. Siswa hanya menerima apa-apa yang diberikan oleh guru. Sedangkan dalam kontruktivistik hal yang dilakukan adalah pemaknaan terhadap pengetahuan, pengetahuan nonobjektif dan senantiasa berubah, pengetahuan terstruktur secara rumit dan beragam. Siswa sendirilah yang mengkonstruksi pemahamannya. Layaknya membangun rumah, siswa hanya diberikan air, pasir, semen, batu bata, rangka, genting, dll, namun ia sendirilah yang mengaduk semen, menempelkan batu bata, hingga menjadi tembok dan memasang genting sehingga menjadi rumah.

Proses pembelajaran sebaiknya disusun secara sistemik dan sistematis oleh guru. Interaksi yang optimal antara guru dan siswa merupakan suatu keharusan agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif. Ketersediaan sumber belajar yang memadai, serta suasana yang menyenangkan, menantang, mendorong semangat adalah variable yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

Dewasa ini kita kenal pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema tertentu, lalu tema tersebut dapat ditinjau dari beberapa mata pelajaran. Pada pembelajaran tematik disediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum serta menawarkan dinamika dalam pembelajaran dan membantu siswa membangun hubungan antara konsep dan ide pemahaman. Sebagai contoh, ketika kita berbicara tentang air, bisa dibahas dari segi geografi, fisika, biologi, kimia, penjaskes, bahkan agama. Jenis pembelajaran lain yang sering digunakan adalah pembelajaran koperatif yaitu pembelajaran yang menitik beratkan pada kerjasama tim. Siswa dilatih untuk bekerja dan menjadi bagian dalam tim, bekerja sama, berinteraksi, serta melatih jiwa kepemimpinan. Bentuk pembelajaran dapat berupa diskusi kelompok, atau observasi kelompok atau proyek kelompok.

Jenis-jenis pembelajaran student centered lainnya meliputi belajar berbasis masalah (problem based learning), dimana siswa dihadapkan dengan berbagai maslah, lalu dari situ siswa diarahkan untuk menganalisi masalah, mengaitkannya dengan teori yang ada, menentukan faktor penyebab masalah dan bagaimana penyelesaiannya. Pembelajaran semacam ini dianggap efektif karena langsung pada poin intinya: problem solving, karena pada dasarnya belajar berarti melatih kita untuk dapat menyelesaikan berbagai masalah yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar