Manajemen kelas adalah berbagai jenis kegiatan yang dengan sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan menciptakan kondisi optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. Manajemen kelas meliputi pengaturan siswa dan pengaturan fasilitas. Manajemen kelas dalam menciptakan kondisi optimal ini dapat berupa penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, pemberian award, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif, penataan ruang kelas, penataan tempat duduk,dll.
Secara umum terdapat 2 masalah pengaturan siswa pada manajemen kelas, yaitu Masalah Individu dan Masalah Kelompok.
Masalah individu meliputi: Attention getting behaviors (perilaku mencari perhatian), Power seeking behaviors (perilaku menunjukkan kekuatan), Revenge seeking behaviors (perilaku menunjukkan balas dendam), dan Helplessness (peragaan ketidakmampuan). Sedangkan masalah yang ada di kelompok yaitu: Kelas kurang kohesif, karena alasan jenis kelamin, suku, gender, tingkatan sosial ekonomi, dan sebagainya. Kedua, Penyimpangan dari norma-norma perilaku yang telah disepakati seperti keterlambatan. ketiga, Kelas mereaksi secara negatif terhadap salah seorang anggotanya seperti menyoraki teman yang salah menjawab pertanyaan dari guru. Keempat, Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap seperti gossip, hang out, nonton, main game, futsal, dll. Kelima, Semangat kerja rendah atau semacam aksi protes kepada guru, karena menganggap tugas yang diberikan kurang fair, terlalu berat, dll. Keenam, Kelas kurang mampu menyesuakan diri dengan keadaan baru.
Ada 8 pendekatan manajemen kelas dalam upaya menangani masalah-masalah yang disebutkan di atas. Pertama, pendekatan otoriter dimana guru menggunakan otoritasinya secara utuh untuk megatur siswa yang sekiranya mengganggu jalannya proses belajar mengajar. Kedua, pendekatan intimidasi : mengawasi siswa dan menertibkan siswa dengan cara intimidasi. Contoh, guru mengatakan : “sekali lagi anda mengganggu, keluar!”. Ketiga, pendekatan permisif : memberikan kebebasan kepada siswa, apa yang ingin dilakukan siswa, guru hanya memantau apa yang dilakukan siswa. Dan akhirnya member evaluasi. Keempat, pendekatan resep masakan : mengikuti dengan tertib dan tepat hal-hal yang sudah ditentukan, apa yang boleh dan apa yang tidak. Kelima, Pendekatan pengajaran : guru menysusun perencanaan pengajaran secara apik sehingga tidak ada celah sedikitpun bagi siswa untuk berprilaku menyimpang. Keenam, Pendekatan modifikasi perilaku : mengusahakan adanya perubahan prilaku siswa dari yang buruk menjadi baik. Ketujuh, Pendekatan iklim sosio-emosional : menjalin hubungan yang positif antara guru-siswa. Akrab, namun masih menjaga koridor yang ada sebagai guru (orang tua) dan siswa. Kedelapan, Pendekatan sistem proses kelompok/dinamika kelompok : membuat kelompok-kelompok belajar sehingga perilaku menyimpang bisa lebih diredam dengan tugas diskusi kelompok yang dilaksanakan dengan efektif dan produktif.
Setting tempat duduk juga dapat mempengaruhi efektifitas belajar siswa, oleh karena itu telah tersedia beberapa setting tempat duduk yang mampu menunjang efektivitas belajar siswa, diantaranya U-shape, O-shape, V-shape, Theater dan bentuk acak.
Moving Class
Moving Class merupakan bentuk dari manajemen kelas dimana siswa mendatangi guru/pendamping belajar. Lingkungan dan suasana kelas dibuat dan didekorasi sedimikian rupa sehingga nyaman, dinamis dan sesuai dengan mata pelajaran tertentu. Keunggulan sistem ini adalah para siswa mempunyai semacam waktu relaksasi/refreshing sejenak sebelum memulai pelajaran selanjutnya dengan bergerak, berjalan bersama-sama menuju kelas lain sehingga pikiran kembali segar. Kekurangannya adalah, tidak ada rasa kepemilikan kelas oleh siswa, sehingga kelas cenderung tidak terurus. Dan biasanya siswa akan mendapati kelas selalu berantakan, kotor, sampah berserakan, dll karena habis dipakai oleh rombongan siswa sebelumnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar